Jumat, 28 Desember 2012

kisah kecilku

Diposting oleh Unknown di 19.58
Kulihat tubuh itu. Sangat kurus. Teramat sangat kurus. Beberapa bulan yang lalu tubuh itu segemuk mamaku. walaupun kalau disetarakan tetap tak sama dengan mama setidaknya tubuh itu dibawah tubuh mamaku. Sedikit dibawah tubuh mamah. sekarang... denganku saja yang kata papa aku bak cacing kepanasan saking kurusnya, tubuh itu tetap lebih kurus dari tubuhku. baru beberapa bulan yang lalu tubuh itu masih bisa berjalan. melangkahi alur jalan menuju tempat-tempat yang ingin di kunjunginya. sekarang... tubuh itu tak mampu menopang badannya. untuk duduk saja tak sanggup. dulu tubuh itu masih sempat duduk di teras depan rumahnya. menyapa setiap orang yang lalu lalang didepan rumahnya dengan teramat ramah. menyapaku setiap ku pulang dan pergi kuliah. tapi kini.... tubuh itu hanya terbaring di sebuah kasur yang tak empuk dan tak keras. dulu orang-orang berkumpul di rumahnya untuk menikmati kebersamaan, saling bergurau, membahas ini itu yang kadang tak perlu di bicarakan menjadi hal yang sangat asik untuk dibahas. tapi kini orang-orang ramai berkumpul di rumahnya untuk membacakan ayat-ayat suci disamping badannya yang mulai sulit untuk bernafas. gundukan tanah disamping rumahku masih teramat sangat basah. diantara makam-makam alm.aa, bibi, nenek, kakek, ayut, masih ada gundukan makam yang teramat sangat basah. digundukan basah itulah suaminya dua hari yang lalu dimakamkan. air mata ini pun masih belum sempat kering menangisi dua hari yang lalu. ua. itulah aku memanggilnya. beliau teramat baik padaku. dulu....beliaulah yang selalu mendengar celotehku bersama andi anak alm. bibi, salah satu pengisi gundukan tanah di samping rumahku. dulu....masih inget betul aku selalu mengadu padanya disaat mama memarahiku. ku ingat.... beberapa bulan yang lalu beliau masih sering kerumah meminta antar mama untuk berobat mengobati penyakitnya yang dulu masih diremehkan. anggapan beliau hanya penyakit biasa. pembengkakan di daerah leher. tapi pembengkakan yang diremehkannya itu adalah kanker ganas yang memangsa tubuhnya sedikit demi sedikit namun teramat pasti. segala pengobatan pun telah di usahakan semampu dan semaksimal mungkin. namun... ya... manusia hanya bisa berusaha. hasil final tentu saja Allah yang menentukan. sampai pada akhirnya kanker itu menjadi penyebab terjadinya komplikasi. selain kanker, jantung beliau pun terbakar akibat obat yang terlalu keras. maklum saja, tak ada asupan lain yang masuk dalam tubuhnya. saluran pencernaan yang ada di tenggorokan sudah tertutup. tuntuk memasukan air saja tak mampu. tubuh itu teramat lemah. untuk berbicara saja tak dapat terucap. semua yang berada di dalam ruangan itu tak kuasa menahan tangis. meneteskan air mata membuat terusan-terusan air di pipi. bak sungai deras mengalir. masih ingat semalam beliau menanyakan keberadaan sang suami yang meninggal tempo hari yang lalu. tak hentinya menanyakan sang suami tercinta. ya... beliau memang tak menyadari kepergian suami tercintanya meski dirumah teramat ramai menangisi kepergian suami tercintanya. mingkin fikirnya orang-orang yang datang melayat dan orang-orang yang menangis itu orang-orang yang datang untuk menengoknya dan menangisi keadaannya. karna beliau sudah mulai terbiasa dengan kedatangan tetangga yang silih berganti menangisinya. tapi sang anak menjawab dengan kebohongan dengan berharap sang mama tercinta tidak bersedih hati mendengar kabar dukanya. fikir sang anak. cukup mama menderita. kepergian bapak akan diceritakan kalau mama sudah mulai membaik atau nanti kalau mama sembuh. dengan rasa cintanya kepada sang mama sang anak mengucap kalimat " weni iklas.. weni sudah iklas mama pergi, gak sanggup liat mama seperti ini..." kepada kerabat dan saudaranya. tangis haru datang lagi.
hari ini...orang-orang berkumpul dirumahnya. ramai oleh suara tangis dan suara beberapa orang mengaji di samping tubuh itu. tak sedikit yang mengaji meneteskan air matanya. dokter memang beberapa hari yang lalu mengucapkan ketidak sanggupannya untuk melanjutkan pengobatan. dilihat ua masih bernafas walau sangat teramat terlihat jelas bernafas itu sangat sulit olehnya. tubuhnya dingin. dan ketika nadinya di sentuhpun tak terasa denyut nadi menandakan ada atau tidaknya sang nyawa pada tubuh. ua sendang mengalami sakaratul maut. terlihat dari nadi yang menghilang namun nafas masih ada. dan tak menunggu lama ua menghembuskan nafas terakhirnya. tangis haru semakin meraung. kesedihan itu bak hujan yang beraganti menjadi badai.
selamat jalan ua tercinta....... :'(
Bersamalah dengan suami tercinta yang mendahului dua hari yang lalu.
Allah lebih sayang...:')

0 komentar:

Posting Komentar

 

blog-nya oppi Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea